Mimpi pertama
Kala itu ada pelaku penembakan, entah apa yang diperebutkan. Aku sampai menggati baju berkali-kali agar bisa mengelabui mereka, lalu aku berjalan jauh.
Sampainya aku kepada rumah dimana masalaluku tinggal bersama istri dan keluarganya. Aku sangat ingin meminta pertolongannya, tapi aku tidak mampu.
Yang bisa kulakukan pada saat itu hanyalah melihatnya, melihat kemejanya yang lusuh, wajah yang muram, seperti terhimpit oleh penjara keluarga. Ia tidak bebas, ia tidak bahagia tapi aku tidak mampu menariknya keluar dari rumah itu.
Yang ku lakukan hanya melihatnya dari kejauhan dan berkata :
“Semoga kau mendengar aku memanggilmu dari dalam hati, semoga kau melihat bahwa aku ada disekitarmu”.
Lalu aku pergi jauh menuju tanjakan yang sangat curam.